Apa Itu Katalog Perpustakaan.....???
Yuks Liat Ulasan Berikut !!
KATALOG PERPUSTAKAAN
Dari Katalog Manual Sampai Katalog Online (OPAC)
JONNER HASUGIAN
Dari Katalog Manual Sampai Katalog Online (OPAC)
JONNER HASUGIAN
1. Pengantar
Sistem temu-balik informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat
penting. Tanpa sistem temu-balik, pengguna akan mengalami kesulitan mengakses
sumber daya informasi yang tersedia di perpustakaan. Sebaliknya, perpustakaan akan
mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan sumber daya informasi yang tersedia
kepada pengguna, bila sistem temu-balik yang memadai tidak tersedia.
Salah satu sistem temu-balik yang umum dikenal di perpustakaan ialah katalog
perpustakaan. Melalui katalog perpustakaan, pengguna dapat melakukan akses ke
koleksi suatu perpustakaan. Perpustakaan menginformasikan keadaan sumber daya
koleksi yang dimilikinya kepada pengguna, melalui katalognya.
Katalog perpustakaan dari masa-kemasa telah mengalami inovasi. Inovasi
terhadap katalog perpustakaan ditujukan untuk memberi kemudahan kepada
pengguna perpustakaan dalam menemu-balikkan bahan pustaka yang diinginkannya
dari perpustakaan. Tulisan ini mencoba akan menguraikan pengertian, fungsi dan
historis singkat dari katalog perpustakaan. Diuraikan juga perbandingan keunggulan
dan kelemahan diantara katalog perpustakaan yang manual dengan katalog online.
2. Pengertian Katalog Perpustakaan
Perpustakaan memerlukan katalog adalah untuk menunjukkan ketersediaan
koleksi yang dimilikinya. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu daftar yang
berisikan informasi bibliografis dari koleksi yang dimilikinya. Daftar tersebut biasanya
disebut katalog perpustakaan. Hunter (1991, 1) menyatakan bahwa katalog adalah
suatu daftar dari, dan indeks ke, suatu koleksi buku dan bahan lainnya. Katalog
memungkinkan pengguna untuk menemukan suatu bahan pustaka yang tersedia
dalam koleksi perpustakaan tertentu. Katalog juga memungkinkan pengguna untuk
mengetahui di mana suatu bahan pustaka bisa ditemukan. Dengan demikian, katalog
adalah suatu sarana untuk menemubalikkan suatu bahan pustaka dari koleksi suatu
perpustakaan.
Gates (1989, 62) menyatakan bahwa, katalog perpustakaan adalah suatu
daftar yang sistematis dari buku dan bahan-bahan lain dalam suatu perpustakaan,
dengan informasi deskriptif mengenai pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, bentuk
fisik, subjek, ciri khas bahan dan tempatnya. Pendapat ini menjelaskan apa yang
menjadi entri dari suatu katalog. Katalog memuat informasi deskriptif mengenai
berbagai hal, seperti pengarang, judul, penerbit dan sebagainya. Dengan perkataan
lain, pada suatu katalog dicacat sejumlah informasi bibliografis dari suatu dokumen
atau bahan pustaka.
Pendapat lain menyatakan, katalog perpustakaan adalah susunan yang
sistematis dari seperangkat cantuman bibliografis yang merepresentasikan kumpulan
dari suatu ko leksi tertentu. Koleksi tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan, seperti
buku, terbitan berkala, peta, rekaman suara, gambar, notasi musik, dan sebagainya
(Taylor 1992, 6). Uraian ini menekankan keberadaan katalog perpustakaan yang
merupakan representasi dari berbagai bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.
Jika pengguna ingin mencari suatu dokumen di perpustakaan, maka ia dapat
menggunakan katalog yang tersedia, karena katalog tersebut adalah representasi dari
koleksi yang dimiliki.
Pendapat di atas menunjukkan pandangan yang sama terhadap pengertian
katalog perpustakaan. Katalog perpustakaan adalah daftar koleksi dari suatu
©2003 Digitized by USU digital library 2
perpustakaan tertentu yang disusun secara sistematis. Sulistyo-Basuki (1991, 317)
menyatakan hal yang senada yaitu, katalog perpustakaan adalah senarai dokumen
yang dimiliki sebuah perpustakaan atau kelompok perpustakaan.
3. Tujuan dan Fungsi Katalog Perpustakaan
Tujuan katalog perpustakaan pertama sekali dikemukakan oleh Cutter pada
tahun 1867 (Cutter 1904), yaitu:
1. “1. To enable a person to find a book about which one of the following is
known: the author, the title, the subject
2. To show what the library has by a given author, on a given subject, in a given
kind of literature.
3. To assist in the choice of a book, as to its edition, as to its character- literary or
topical” (Hartley 1993, 320)
Tujuan di atas memberi penekanan yang luas akan fungsi katalog
perpustakaan. Tujuan pertama menyatakan bahwa katalog perpustakaan dapat
digunakan oleh pengguna untuk menemukan bahan pustaka yang diinginkannya
berdasarkan pengarang, judul, maupun subjeknya. Pengertian ini menekankan fungsi
katalog perpustakaan sebagai sarana atau alat bantu dalam temu balik informasi
(information retrieval) di suatu perpustakaan. Tujuan kedua menyatakan bahwa
katalog dapat menunjukkan dokumen apa saja yang dimiliki oleh sebuah
perpustakaan. Katalog perpustakaan berfungsi sebagai suatu sistem komunikasi yang
dapat menunjukkan kekayaan koleksi yang dimilikinya. Artinya, suatu perpustakaan
melalui katalognya me ngkomunikasikan kepada pengguna, koleksi apa saja yang
dimilikinya, seberapa banyak koleksi tersebut dan sebagainya. Katalog perpustakaan
di satu sisi dapat berfungsi sebagai sistem komunikasi, dan di sisi lain berfungsi
sebagai daftar inventaris dari seluruh bahan pustaka yang dimilikinya. Tujuan ketiga
menyatakan bahwa katalog dapat membantu pada pemilihan sebuah buku
berdasarkan edisinya, atau berdasarkan karakternya - sastra atau topik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi katalog
perpustakaan adalah sebagai sarana temubalik informasi, sistem komunikasi dan
sebagai daftar inventaris koleksi di suatu perpustakaan. Katalog perpustakaan
berfungsi sebagai inventaris dokumen sebuah perpustakaan sekaligus berfungsi
sebagai sarana temu balik (Sulistyo-Basuki 1991, 317).
4. Bentuk Katalog Perpustakaan
Bentuk katalog yang digunakan di perpustakaan mengalami perkembangan
dari masa ke masa. Perkembangan katalog perpustakaan nampak dari perubahan
bentuk fisiknya. Sebelum katalog terpasang (online) muncul, telah dikenal berbagai
bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah katalog
kartu (Horgan 1994, 2). Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari
berbagai bentuk fisik antara lain, katalog berbentuk buku (book catalog), katalog
berbentuk kartu (card catalog), katalog berbentuk mikro (microform catalog), katalog
komputer terpasang (online computer catalog) (Taylor 1992, 8).
Katalog berbentuk buku telah lama digunakan di perpustakaan, katalog
tersebut sering juga disebut katalog tercetak (printed catalog). Keuntungan dari
katalog berbentuk buku ialah dapat dicetak sesuai dengan kebutuhan, dapat
diletakkan pada berbagai tempat, dan mudah disebarluaskan ke perpustakaan lain.
Entri pada katalog berbentuk buku dapat ditemukan dengan cepat, mudah
menyimpannya, mudah menanganinya, bentuknya ringkas dan rapi. Kelemahan dari
katalog berbentuk buku ialah cepat usang atau ketinggalan jaman. Hal itu terjadi
karena setiap kali perpustakaan memperoleh buku baru, berart i katalog sebelumnya
harus diperbaharui kembali, atau setidak-tidaknya membuat suplemen. Dengan
©2003 Digitized by USU digital library 3
demikian, katalog berbentuk buku ini tidak luwes. Biaya pembuatan katalog berbentuk
buku cenderung lebih mahal, karena bentuk dan jumlah cantumannya sering berubah.
Karena biaya membuat katalog berbentuk buku cenderung mahal, dan cepat usang,
maka perpustakaan meninggalkannya dan kemudian secara bertahap beralih ke
bentuk katalog yang lain, terutama katalog kartu.
Katalog kartu adalah bentuk katalog perpustakaa n yang semua deskripsi
bibliografinya dicatat pada kartu berukuran 7.5 x 12.5 cm. Katalog kartu disusun
secara sistematis pada laci katalog. Katalog kartu masih banyak digunakan pada
berbagai jenis perpustakaan di Indonesia hingga saat ini. Keuntungan dari katalog
kartu ialah bersifat praktis, sehingga setiap kali penambahan buku baru di
perpustakaan tidak akan menimbulkan masalah, karena entri baru dapat disisipkan
pada jajaran kartu yang ada. Penggunaan katalog kartu tidak dipengaruhi faktor luar,
misalnya terputusnya aliran listrik, dan kemungkinan rusak sangat kecil terkecuali jika
perpustakaan terbakar. Kelemahannya ialah satu laci katalog hanya menyimpan satu
jenis entri saja, sehingga pengguna sering harus antri menggunakannya, terutama
bila melakukan penelusuran melalui entri yang sama. Sulit menggunakannya jika
berada pada jumlah yang besar, karena harus memilah-milah jajaran kartu sesuai
urutan indeksnya.
Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya ialah katalog berbentuk mikro.
Katalog berbentuk mikro semakin terkenal sejalan dengan pengembangan computeroutput
microform (COM). COM dibuat pada salah satu bentuk microfilm atau
microfiche. Katalog dalam bentuk mikro lebih murah dibanding dengan katalog
berbentuk buku, dan terbukti bahwa biaya pemeliharaannya lebih murah dari pada
katalog kartu. Bentuknya ringkas dan mudah menyimpannya. Namun di sisi lain,
banyak pelanggan menemukan versi microfiche yang tidak menyenangkan digunakan
(Taylor 1992, 11).
Katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut dengan
online public access catalogue (OPAC), adalah bentuk katalog terbaru yang telah
digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu. OPAC cepat menjadi pilihan katalog
yang digunakan di berbagai jenis perpustakaan. Dari berbagai bentuk fis ik katalog
yang telah digunakan di perpustakaan, ternyata OPAC dianggap paling luwes (flexible)
dan paling mutakhir (Taylor 1992, 11).
5. Online Public Access Catalogue
5.1. Pengertian Online Public Access Catalogue
Istilah baku untuk online public access catalogue (OPAC) dalam bahasa
Indonesia, hingga saat ini belum terumuskan dengan pasti. Ada perpustakaan yang
menyebutnya dengan istilah katalog online atau katalog terpasang, dan ada juga yang
tetap menyebutnya dengan OPAC. Selain itu, ada juga perpustakaan yang
menyebutnya dengan Katalog Akses Umum Talian, disingkat KAUT (Siregar 1999, 5).
Corbin (1985, 255) menyebutnya dengan online public catalog, yaitu suatu
katalog yang berisikan cantuman bibliografi dari koleksi satu atau beberapa
perpustakaan, disimpan pada magnetic disk atau media rekam lainnya, dan dibuat
tersedia secara online kepada pengguna. Katalog itu dapat ditelusur secara online
melalui titik akses yang ditentukan. Pendapat ini menekankan pengertian OPAC dari
segi penyimpanan dan penelusuran secara online.
Pendapat lain menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog terpasang yang
dapat diakses secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan
data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu,
untuk mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan
dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka
yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam (Tedd
1993, 141). Pendapat ini menunjukkan fungsi dari OPAC sebagai sarana temu balik
©2003 Digitized by USU digital library 4
informasi yang dapat diintegrasikan dengan sistem sirkulasi. Selain sebagai alat bantu
penelusuran, OPAC dapat juga digunakan sebagai sarana untuk memeriksa status
suatu bahan pustaka. Melalui OPAC, pengguna dimungkinkan juga dapat mengetahui
lokasi atau tempat penyimpanannya.
Horgan (1994, 1) menyatakan, OPAC adalah suatu sistem temu balik
informasi, dengan satu sisi masukan (input) yang menggabungkan pembuatan file
cantuman dan indeks. Hal ini menghasilkan pangkalan data yang dapat ditelusur
sebagai sisi keluaran (output) dari sistem. OPAC menyediakan akses umum kepada
file pangkalan data yang dimiliki perpustakaan. Melalui OPAC pengguna berinteraksi
untuk memeriksa isi file yang ada.
Kebutuhan pengguna berkomunikasi dengan sistem komputer dalam rangka
memecahkan suatu pertanyaan atau permintaan (query), merupakan aspek paling
penting pada OPAC. Pengguna menggunakan OPAC adalah untuk menjawab query
tertentu. OPAC menjadi suatu sarana atau alat bantu bagi pengguna untuk melakukan
penelusuran informasi di perpustakaan. Melakukan penelusuran informasi melalui
OPAC, biasanya menggunakan suatu terminal yang tersambung ke sistem komputer.
Oleh karena itu, OPAC adalah sistem temu balik informasi yang merupakan bagian
dari sistem komputer perpustakaan.
Feather (1997, 330) menyatakan bahwa OPAC adalah suatu pangkalan data
cantuman bibliografi yang biasanya menggambarkan koleksi perpustakaan tertentu.
OPAC menawarkan akses secara online ke koleksi perpustakaan melalui terminal
komputer. Pengguna dapat melakukan penelusuran melalui pengarang, judul, subjek,
kata kunci dan sebagainya. Pendapat ini selain menunjukkan fungsi OPAC pada
penelusuran informasi, juga menekankan fungsi lain dari OPAC yaitu untuk
menunjukkan keberadaan atau kekayaan koleksi dari suatu perpustakaan tertentu.
Melalui OPAC, pengguna akan bisa mengetahui seberapa banyak judul, subjek,
eksemplar, dan sebagainya dari koleksi suatu perpustakaan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa OPAC adalah suatu sistem
temu balik informasi berbasis komputer yang digunakan oleh pengguna untuk
menelusur koleksi suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya.
5.2. Perkembangan Sistem OPAC dan Automasi Perpustakaan
Perkembangan sistem OPAC pada dasarnya tidak terpisahkan dari sejarah
automasi perpustakaan. The Kang Hai (1995, 2-4) menyatakan perkembangan sistem
automasi perpustakaan dapat dikategorikan kepada tiga tahap. Tahap pertama
dimulai pada awal tahun 1960-an, yaitu penggunaan teknologi komputer untuk
mengautomasi sejumlah proses kerja di perpustakaan untuk mencapai penyelesaian
yang cepat terhadap berbagai masalah yang mendesak. Tahap kedua, dimulai pada
permulaan tahun 1980-an yaitu tahap konsolidasi yang diikuti oleh pengembangan
sistem automasi perpustakaan yang terintegrasi; sedangkan tahap ketiga,
berlangsung pada akhir tahun 1980-an, yaitu untuk menyebarluaskan sumber daya
informasi perpustakaan melalui sistem automasi perpustakaan. Pernyataan di atas
menunjukkan bahwa pada kurun waktu tertentu, terjadi pengembangan dan
perluasan fungsi sistem automasi perpustakaan. Pengembangan dan perlusan fungsi
itu tentu akan berdampak kepada penemuan sistem yang lebih canggih dari
sebelumnya, termasuk perluasan fungsi OPAC.
Shiao-Feng Su (1994, 131) menyatakan, perkembangan sistem OPAC
dipengaruhi oleh visi Don Swanson. Pada tahun 1964 Swanson menerbitkan artikel
dengan judul Dialogues with Catalog, yang mempresentasikan pemikirannya tentang
bagaimana seharusnya sistem katalog perpustakaan di masa mendatang. Swanson
secara cemerlang menguraikan interaksi (dialogue) yang ideal diantara seorang
pengguna perpustakaan dengan console,(suatu jenis terminal yang dapat menemu
balikkan berbagai jenis informasi bibliografi, dan mungkin informasi lainnya). Melalui
©2003 Digitized by USU digital library 5
console, pengguna akan dapat berdialog dengan pangkalan data, dan melakukan
penelusuran informasi. Pengguna diharapkan akan merasa puas terhadap dialog
tersebut, karena informasi bibliografis yang dibutuhkan dapat diperoleh lebih cepat.
Kepuasan pengguna menjadi salah satu tujuan yang akan dicapai melalui
penyediaan OPAC di perpustakaan. Untuk itu, sistem OPAC dirancang bangun dan
dikembangkan dengan berorientasi kepada kebutuhan pengguna. Sejak
pemunculannya di perpustakaan sampai perkembangan selanjutnya, sistem OPAC
berkembang seiring dengan perkembangan automasi perpustakaan.
Tedd (1994, 27-37) menguraikan kronologis perkembangan sistem OPAC dan
automasi perpustakaan, yang disarikan sebagai berikut:
a. Tahun 1960-an dan Awal Tahun 1970-an.
Pada tahun 1960-an, komputer telah digunakan di berbagai perpustakaan
umum dan perguruan tinggi untuk membantu membuat katalog. Pada saat itu,
pengoperasian sistem komputer masih berada pada mode atau cara yang sangat
bervariasi, sehingga kemungkinan melakukan penelusuran informasi dengan katalog
terpasang (online) dianggab masih jauh dari kenyataan. Pada awal tahun 1970-an,
sejumlah perpustakaan mulai menggunakan sistem komputer induk untuk
mengembangkan sistem lokal. Sistem lokal ini umumnya didesain dan dirancang oleh
staf dari pusat komputer.
b. Pertengahan Tahun 1970-an
Pada masa ini, komputer mulai digunakan untuk proses pengawasan sirkulasi
di perpustakaan. Sistem komputer digunakan untuk tujuan pengumpulan data,
khususnya pencatatan peminjaman. COM (computer output on microfilm) menjadi
metode yang terkenal digunakan untuk menghasilkan katalog. Perkembangan pada
masa ini, juga ditandai dengan munculnya sistem kerjasama pengatalogan dan
pemanfaatan bersama, pada berbagai perpustakaan. Misalnya, di Inggris LASER
(London and South Eastern Library Region), dan di Amerika Utara OCLC (Ohio College
Library Centre). Sistem kerjasama ini menghasilkan cantuman katalog pada komputer
untuk sejumlah perpustakaan yang berpartisipasi, baik dalam bentuk COM, maupun
kartu katalog.
c. Akhir Tahun 1970-an dan Awal Tahun 1980-an
Pengenalan komputer mikro (microcomputer) di era ini, mendorong berbagai
perpustakaan semakin mandiri untuk menggunakan fasilitas komputer yang diperoleh
dari perusahaan yang dilanggan. Kemandirian ini mengarah kepada pengembangan
dan perancangan sistem sendiri (in-house system). Penggunaan komputer mikro
menjadi terkenal karena menyediakan fasilitas untuk melakukan akses secara
terpasang (online) terhadap berbagai simpanan (file) dalam sistem sirkulasi.
Perkembangan lain yang terjadi pada masa ini, ialah penyediaan paket
perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) atau turnkey sistem
untuk perpustakaan oleh beberapa perusahaan. Sistem tersebut menggabungkan
sejumlah fasilitas, diantaranya fasilitas penelusuran dan sistem sirkulasi. Karena
sistem komputer yang digunakan pada masa itu di perpustakaan mampu menelusur
cantuman bibiliografi secara online, sehingga sistem itu disebut sebagai sistem OPAC.
Munculnya sistem OPAC di sejumlah perpustakaan tertentu, merupakan
perkembangan utama yang terjadi dalam automasi perpustakaan sampai awal tahun
1980-an.
d. Pertengahan Sampai Akhir Tahun 1980-an
Pada masa ini, perpustakaan yang menggunakan sistem OPAC semakin
meningkat. Pemasok mulai menyediakan sistem yang terintegrasi (integrated system)
©2003 Digitized by USU digital library 6
untuk manajemen perpustakaan, mencakup modul atau sub-sistem yang berbeda,
seperti pengatalogan, akuisisi, sirkulasi, pengawasan serial, layanan antar
perpustakaan dan juga OPAC. Keuntungan sistem yang terintegrasi bagi kegiatan
penelusuran ialah, sistem memperbolehkan pengguna mengakses modul OPAC untuk
mengetahui status pinjam dari semua bahan pustaka yang ada di perpustakaan
tertentu. Pengguna yang sedang mengakses OPAC dimungkinkan bisa mengetahui
status suatu bahan pustaka, apakah sedang tersedia atau sedang dipinjam, siapa
peminjamnya, berapa lama dipinjam, kapan dikembalikan dan sebagainya. Hal ini
dapat dilakukan, karena sistem menghubungkan file katalog dengan file sirkulasi.
Sistem OPAC menjadi sangat terkenal selama tahun 1980-an, sehingga banyak
perpustakaan mulai meninggalkan katalog kartu dan beralih ke sistem OPAC.
Sejumlah perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan umum telah
menggunakan sistem manajemen perpustakaan yang terintegrasi, lengkap dengan
modul OPAC. Beberapa sistem yang terkenal pada masa itu ialah URICA, Geac, DOBIS
/ LIBIS, dan sebagainya
Analisis terhadap sistem automasi perpustakaan berdasarkan keinginan pasar
muncul setiap tahun di Library Jurnal di Amerika Serikat, dan di majalah Program di
Inggris. Sistem OPAC mulai dikembangkan berdasarkan kebutuhan pengguna sistem.
Penelitian untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna untuk pengembangan sistem
OPAC banyak dilakukan. Banyak perpustakaan atau institusi tertentu yang
menyediakan anggaran, khusus untuk pengembangan sistem OPAC. Misalnya, pada
tahun 1985 The British Library Research and Development menyediakan anggaran
sejumlah 300,000 found, untuk setiap proyek penelitian sistem OPAC.
e. Tahun 1990-an
Pada tahun 1990-an, terlihat perubahan besar pada sistem manajemen
perpustakaan, dengan menawarkan kecenderungan dari sistem milik sendiri
(proprietary systems) bergerak kearah sistem terbuka. Sejumlah permasalahan yang
ditemui pada pengoperasian sistem di masa sebelumnya diinventarisir. Ditemukan
bahwa sejumlah besar sistem yang ada di perpustakaan pada tahun 1980-an hanya
bisa dijalankan pada perangkat keras (hardware) tertentu, misalnya sistem seperti
DOBIS / LIBIS, Geac, LIBERTAS dan URICA, hanya dapat dijalankan pada hardware
atau perangkat keras buatan suatu perusahaan tertentu. Untuk mengatasi hal
tersebut, berbagai upaya dilakukan oleh pemasok sistem untuk perbaikannya.
Pemasok sistem mulai menawarkan produk sistem baru yang bisa dijalankan
pada sejumlah perangkat keras. Arsitektur dari beberapa sistem yang baru ini,
memisahkan perangkat lunak (software) menjadi client dan server. Perangkat lunak
untuk client menyediakan antarmuka (interface) kepada pengguna, dan biasanya
berjalan atau beroperasi pada PC (personal computer) atau terminal. Perangkat lunak
untuk server menyediakan pengelolaan pangkalan data, dan biasanya dioperasikan
pada komputer lain.
Agar client dan server dapat saling berhubungan tanpa hambatan, maka dalam
protokol komunikasi antar client dan server (client-server communication protocol)
ditetapkan aturan-aturan yang digunakan untuk keperluan tersebut. Contoh protokol
semacam itu adalah ISO standar untuk penelusuran dan temubalik (ISO
10162/10163) yang diimplementasikan di Amerika Serikat sebagai National
Information Standards Organization (NISO) Z39.50. Dengan protokol ini, maka
sejumlah pangkalan data katalog perpustakaan tertentu bisa diakses dari internet.
Selain itu, melalui protokol Z39.50, komunikasi bisa dilakukan antar server dengan
server dan antara client dengan server.
©2003 Digitized by USU digital library 7
5.3. OPAC dan Format MARC
Harrod (1990, 448) menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog
terautomasi. Katalog itu disimpan dalam bentuk yang terbaca mesin (machinereadable),
dapat diakses secara online oleh pengguna perpustakaan me lalui terminal,
dan menggunakan perangkat lunak yang mudah dioperasikan. Pendapat ini
mengindikasikan bahwa OPAC dibuat dengan menggunakan format MARC (Machine
Readable Catalogue), yaitu berupa format katalog dimana data bibliografi disimpan
atau dimasukkan ke dalam tengara (tag) yang telah ditentukan (Sulistyo-Basuki 1991,
62). Penyimpanan itu berdampak terhadap proses temu balik dan pertukaran data
bibliografis.
Dampak utama automasi terhadap katalog perpustakaan ialah memberi
fasilitas penelusuran yang sangat cepat, dan akses yang efektif kepada koleksi
perpustakaan, terutama bila pengarang, judul atau tajuk subjek dari bahan itu
diketahui oleh penelusur (Larson 1996, 555). Salah satu keuntungan dari automasi
perpustakaan untuk kegiatan pengatalogan adalah bahwa sejumlah perpustakaan
dimungkinkan dapat saling bertukar data bibliografis. Agar pertukaran itu dapat
berlangsung dengan baik, dituntut adanya keseragaman format cantuman. Untuk itu,
telah dikembangkan suatu format yang diberi nama machine readable catalogue
disingkat MARC.
Format cantuman MARC dirancang bangun oleh Library of Congress bersama -
sama British Library dengan tujuan mengembangkan cantuman bibliografis dalam
bentuk yang dapat dibacakan oleh mesin untuk memudahkan reformat dalam
berbagai keperluan (Sulistyo-Basuki 1991, 322). MARC muncul di Amerika Serikat
pada tahun 1966 melalui suatu proyek perintis yang meliputi pendistribusian data dari
pita rekaman yang terbaca mesin setiap minggunya ke 16 perpustakaan terseleksi.
Masing-masing perpustakaan memprosesnya melalui fasilitas komputer yang mereka
miliki, dengan kebutuhan utama pada saat itu adalah untuk menghasilkan kartu
katalog (Hunter 1991, 136). Format yang digunakan untuk proyek itu selanjutnya
disebut MARC I.
Format MARC I dinilai masih memiliki sejumlah keterbatasan, sehingga
kemudian dikembangkan dengan menghasilkan MARC II. Format MARC II mulai
digunakan pada tahun 1967, yang selanjutnya disebut MARC. Format ini cocok dengan
edisi kedua dari Anglo-American Cataloguing Rules revisi tahun 1988 (AACR2) dan
edisi keduapuluh Dewey Decimal Classification dan diharapkan dapat dimodifikasi
untuk menampung edisi terbaru dari kedua peralatan tersebut (Rowley 1992, 76-77).
Format MARC ini kemudian dikembangkan oleh negara tertentu untuk kepentingan
nasionalnya.
Dalam perkembangannya, format MARC muncul di berbagai negara dengan
sebutan seperti, USMARC, UKMARC, MALMARC, INDOMARC dan sebagainya. Sekalipun
format MARC telah banyak dikembangkan oleh berbagai negara, namun prinsipnya
tetap sama, yaitu sebuah format komunikasi berdasarkan ISO 2709. INDOMARC
dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Indonesia untuk kepentingan automasi
pengatalogan bahan pustaka di Indonesia. Dengan demikian, format INDOMARC juga
merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) 2709 untuk
Indonesia, yang berupa sebuah format untuk tukar- menukar informasi bibliografi
melalui pita magnetik (magnetic tape) atau media yang terbacakan mesin (machinereadable
) lainnya (Perpustakaan Nasional 1994, 5-13).
Format MARC terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama, adalah bagian yang
memberikan informasi tentang deskripsi data bibliografis, dan bagian kedua adalah
bagian yang menyimpan data bibliografis tersebut. Data disimpan pada ruas data, dan
setiap ruas diawali dengan tag atau tengara yang terdiri dari tiga angka dengan
interval 000 – 999 (Rowley 1992, 77). Berikut diberi contoh format INDOMARC yang
©2003 Digitized by USU digital library 8
diadaptasi untuk pembuatan pangkalan data katalog di sejumlah perpustakaan
tertentu.
020 ISBN
035 No. Kendali Setempat
041 Kode Bahasa
080 No. Panggil UDC
082 No. Panggil DDC
099 No. Panggil Setempat
100 Entri Utama Nama Orang
110 Entri Utama Nama Badan Korporasi
111 Entri Utama Nama Pertemuan
245 Judul
250 Edisi
260 Penerbit dan Distribusi
300 Deskripsi Fisik
440 Seri
500 Catatan Umum
650 Entri Tambahan Subyek
695 Kata Kunci
700 Entri Tambahan Nama Orang
710 Entri Tambahan Badan Korporasi
711 Entri Tambahan Nama Pertemuan
850 Badan Pemilik
985 Jumlah Eksemplar
999 Nomor Identitas (Saleh 1999, 14-15)
Salah satu tujuan penggunaan format MARC pada kegiatan pengatalogan yang
terautomasi adalah untuk membangun pangkalan data bibliografi koleksi
perpustakaan. Sedangkan salah satu tujuan pembentukan pangkalan data koleksi,
ialah untuk menghasilkan katalog terpasang atau OPAC, yang dapat diakses pengguna
dari terminal komputer yang tersedia. Dengan demikian, OPAC adalah bentuk katalog
terpasang yang dirancang bangun dengan menggunakan format MARC. Pada 1960-an
MARC diperkenalkan, tahun 1970-an sistem pengatalogan terautomasi dikembangkan,
dan pada awal tahun 1980-an OPAC diperkenalkan dan digunakan pada sejumlah
perpustakan tertentu (Beheshti 1992, 222).
6. Keunggulan OPAC dari Katalog Kartu atau Katalog Manual
Sebelum OPAC muncul, telah ada berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan
bentuk katalog yang paling luas digunakan ialah katalog kartu (Horgan 1994, 2). Akan
tetapi setelah OPAC muncul pada permulaan tahun 1980-an, sejumlah perpustakaan
tertentu telah mulai mengkonversi katalog kartu dan beralih ke bentuk OPAC.
Perpustakaan mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan untuk beralih dari
katalog kartu ke OPAC.
Murphy (1995, 46) menyatakan bahwa OPAC adalah katalog yang paling cocok
saat ini digunakan di perpustakaan. OPAC jauh melebihi katalog kartu dan katalog
lainnya yang digantinya. Katalog kartu memiliki sejumlah keterbatasan dibanding
dengan OPAC. Sekalipun fungsi dasarnya sama yaitu sebagai sarana temu balik di
perpustakaan, namun diantara katalog kartu dan OPAC terdapat banyak perbedaan.
Selain bentuk fisik, ada sejumlah perbedaan diantara OPAC dengan katalog
kartu. Salah satu perbedaan penting diantara keduanya adalah, bahwa cantuman
bibliografi pada OPAC dapat ditelusur dalam berbagai cara dan dapat ditampilkan pada
berbagai bentuk format tampilan, sedangkan pada katalog kartu hal itu tidak mungkin
©2003 Digitized by USU digital library 9
dilakukan. Perbedaan lainnya dapat dilihat dari sisi kegiatan penelusuran yang
mencakup interaksi (interaction), bantuan pengguna (user assistance), kepuasan
pengguna (user satisfaction), kemampuan penelusuran (searching capabilities),
keluaran dan tampilan (output and display), serta ketersediaan dan akses (availability
and access) (Fattahi 1995, 49-53).
OPAC dinyatakan sebagai katalog yang interaktif. Disebut interaktif karena
sistem tersebut menyediakan komunikasi antara pengguna dengan komputer dalam
suatu mode atau cara yang bersifat dialog. Seal, dalam Fattahi (1995, 50)
menyatakan OPAC dapat memberi reaksi dan merespon pengguna dalam suatu cara
yang cerdas. Cara itu dapat digunakan untuk menunjukkan pilihan penelusuran yang
tersedia, mengoreksi pengoperasian yang salah, menunjukkan alternatif dokumen
yang cocok dengan kriteria penelusuran dan menuntun pengguna selama melakukan
penelusuran. Pendekatan penelusuran yang interaktif ini tidak mungkin bisa dilakukan
pada katalog kartu.
OPAC mempunyai kemampuan untuk menyediakan bantuan pengguna dalam
berbagai cara dan tingkatan, yang bisa langsung dibaca pengguna pada sistem. Mitev,
dalam Fattahi (1995, 51) menggolongkan empat kategori bantuan yaitu, bantuan
temu balik (retrieval aids), bantuan bahasa (linguistic aids), bantuan menjelajah
(navigational aids), dan bantuan arti kata (semantic aids). Bantuan penelusuran
seperti ini, tidaklah mungkin ditemukan pada penelusuran menggunakan katalog kartu
dan katalog manual lainnya.
Kepuasan pengguna merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan
perpustakaan. Umumnya, pengguna mengakui bahwa ada tingkat kepuasan yang
tinggi dengan OPAC, dimana pengguna lebih menyukai bentuk OPAC dari pada katalog
kartu (Lewis 1987, 152). Pengguna lebih menyukai OPAC karena: a) menelusur di
OPAC menyenangkan, b) menelusur di OPAC menghemat waktu, c) OPAC
menyediakan layanan baru, dan d) OPAC menyediakan ciri khas yang baru (Markey
1993, 88).
Salah satu keunggulan sistem OPAC dari katalog kartu dan katalog manual
lainnya, adalah kemudahan dalam penelusuran. Melalui OPAC, pengguna bisa
menelusur dokumen yang dibutuhkan dengan berbagai cara, yang tidak mungkin
dapat dilakukan pada katalog kartu atau katalog manual lainnya, misalnya menelusur
berdasarkan kata kunci ke semua ruas, menelusur menggunakan operator Boolean,
operator word adjacency dan sebagainya. Sistem OPAC biasanya menawarkan atau
menyediakan akses yang luas kepada seluruh cantuman bibliografi. Hasil penelusuran
melalui sistem OPAC dapat ditampilkan secara sistematis dan bervariasi.
Tampilan informasi bibliografi adalah hal lain yang utama yang membedakan
OPAC dengan katalog kartu. Bentuk dan isi cantuman bibliografi pada katalog kartu
selalu berada pada format yang sama, sedangkan pada OPAC dimungkinkan pada
format yang fleksibel, dengan kemungkinan tampilan informasi bilbiografi dalam
berbagai variasi dan pada level yang berbeda. Tingkat deskripsi bilbiografi pada OPAC
biasanya luwes dan bisa didesain sesuai dengan kebutuhan pengguna.
OPAC dapat diakses melalui terminal pada tempat yang berbeda dari dalam
atau dari luar gedung perpustakaan, melalui local area networks (LAN) dan wide area
networks (WAN), sedangkan pada katalog kartu dan katalog manual lainnya hal itu
tidak mungkin dilakukan. Pengguna yang berbeda, yang berada di dalam atau di luar
gedung perpustakaan dimungkinkan menggunakan sistem OPAC secara bersama,
sekalipun menelusur cantuman yang sama pada waktu yang bersamaan, sedangkan
bila menggunakan katalog kartu, hal itu tidak mungkin dapat dilakukan. Kelemahan
penggunaan sistem OPAC ialah dipengaruhi faktor luar seperti terputusnya aliran
listrik.
©2003 Digitized by USU digital library 10
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf
1 komentar:
Hai, ibuku dari medan dan saya sendiri lulusan ilmu manajemen informasi dan kearsipan (D3 ilmu perpustakaan dan kearsipan), cuma dari depok (ui). Makasi, senang melihat masih ada yang peduli masalah kepustakaan, termasuk perpustakaan sekolah, di Indonesia yang rakyatnya tidak doyan baca hingga sulit maju ini.
Posting Komentar
Tempat sharing informasi . Berbagilah ilmu di sini
Terimakasih